Diet Versi Wanita Jepang

Diet Versi Wanita Jepang


Beberapa waktu lalu, WHO menyatakan, telah terjadi wabah obesitas global. Lebih dari satu miliar orang dewasa di dunia mengalami kegemukan. Namun, di tengah isu tersebut, tingkat obesitas masyarakat Jepang dibanding negara-negara maju lain sangat rendah. Jika persentase wanita dewasa di Amerika Serikat yang mengalami kegemukan adalah 34% dan Australia 22%, di Jepang hanya 3%. Padahal, Jepang terkenal dengan makanannya yang lezat. Bahkan, orang Jepang menganggap kuliner yang sempurna adalah hak asasi mereka.

Ternyata, ada beberapa kebiasaan orang Jepang, khususnya wanita, yang memengaruhi hal tersebut. Seperti yang diceritakan Naomi Moriyama dalam buku Japanese Woman Don’t Get Old or Fat. Dokter Sophia Hage dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia mengulik kebiasaan-kebiasaan tersebut dan mengajak Anda untuk menerapkannya.

1. Harus segar

Di Jepang, kesegaran bahan makanan, seperti ikan, sayur, dan buah yang akan diolah adalah syarat penting dalam memasak. Saking pentingnya kesegaran bahan makanan, di supermarket Jepang, makanan tidak hanya diberi tanggal kedaluwarsa, tapi juga petunjuk waktu kapan ikan, daging, sayuran, atau makanan lain tersebut dikemas. Tak mengherankan, sangat sedikit makanan beku yang dijual di sana.
    
Menurut dr. Sophia, kebiasaan ini baik untuk kesehatan karena makanan segar mengandung nutrisi yang tinggi. Enzim alami yang dimiliki makanan segar membantu tubuh mencerna makanan dengan cepat dan mudah. Berbeda jika bahan makanannya tidak segar. Tubuh akan bekerja lebih keras menghasilkan enzim tersebut untuk mencerna. Alhasil, muncullah masalah pencernaan atau kekurangan gizi. Karena itu, sedapat mungkin, carilah bahan makanan segar. Jika memang tidak sempat, jangan berpaling ke makanan cepat saji atau instan. 

2. Porsi Kecil

Sudah menjadi ciri khas orang Jepang menghidangkan makanan dalam piring atau mangkuk berukuran kecil. Sejak kanak-kanak, mereka memang sudah dibiasakan makan dengan porsi sepertiga atau setengah dari porsi orang-orang di Amerika. Dengan begitu, lambung mereka sudah terbiasa dengan jumlah makanan yang tidak banyak. Sebab, lambung memiliki kemampuan menyesuaikan diri dengan ukuran makanan yang masuk.
Apabila kita membiasakan diri makan dengan porsi kecil, kapasitas lambung menampung makanan pun akan menyesuaikan. Hal inilah yang membantu mengontrol berat badan. Penelitian Maastricht University beberapa waktu lalu juga menunjukkan bahwa makan sering dengan porsi kecil dapat mempercepat metabolisme dan menurunkan risiko obesitas.

Namun, untuk menerapkan kebiasaan ini, jangan berubah terlalu drastis. Mulailah dengan mengurangi porsi makanan Anda sedikit demi sedikit, sehingga lambung bisa beradaptasi setahap demi setahap. Jangan langsung memaksakan diri makan dengan porsi kecil, padahal biasanya porsi makan Anda cukup besar.
Untuk memudahkan Anda mengurangi porsi makan, tak ada salahnya mengikuti kebiasaan makan wanita Jepang yang menyajikan makanan di piring atau mangkuk berukuran kecil. Sebab, makan di piring kecil dengan isi penuh dapat memberi ilusi kenyang yang lebih cepat dibanding makan dalam jumlah yang sama di piring yang lebih besar.

3. Mengukus dan Merebus

ibanding menggoreng dan membakar, wanita Jepang lebih memilih mengukus atau merebus masakan. Menurut dr Sophia, mengukus dan merebus adalah proses memasak yang paling baik. Sebab, dengan mengukus dan merebus, nutrisi makanan tidak banyak yang rusak atau hilang. 

Dengan mengukus atau merebus, persentase lemak pada makanan pun rendah karena hanya akan ada lemak nabati atau hewani dari makanan yang diolah. Berbeda dengan proses menggoreng yang merusak nutrisi masakan dan menambah lemak jahat yang dapat menyebabkan obesitas. Karena itu, jika ingin tubuh langsing dan sehat, sebisa mungkin hindari makanan yang digoreng.

4. Menggunakan Minyak Canola
Jika harus menggoreng atau menumis, wanita Jepang lebih memilih menggunakan minyak canola. Kebiasaan ini patut dicontoh karena minyak canola merupakan salah satu minyak nabati yang baik. Minyak canola mengandung 60% lemak tak jenuh tunggal dan 34% lemak tak jenuh ganda yang merupakan lemak baik, dan hanya mengandung 6% lemak jenuh yang dianggap sebagai lemak jahat yang dapat meningkatkan kolesterol.
    
Minyak canola bisa Anda dapatkan di supermarket besar. Jika Anda sulit menemukannya, dr. Sophia menyarankan untuk menggunakan olive oil dibanding minyak goreng biasa atau margarin. Seperti minyak canola, olive oil juga mengandung lemak tak jenuh yang lebih banyak.

5. Banyak Makan Ikan

Bukan rahasia lagi jika masyarakat Jepang adalah penggila ikan. Mereka makan ikan saat sarapan, makan siang, dan makan malam. Hingga ada ungkapan bahwa ikan adalah dagingnya orang Jepang. Tak mengherankan, sebab orang Jepang makan 150 pon ikan per orang  per tahun, dan hanya mengonsumsi 20 pon daging sapi per tahun. 
    
Inilah yang menjadi salah satu faktor utama mengapa orang Jepang, termasuk wanitanya, terkenal sehat dan langsing. Dibanding daging sapi, lemak baik, yakni omega3, dalam ikan jauh lebih tinggi. Selain itu, kadar dan jenis lemak dalam daging sapi lebih mudah membuat tubuh gemuk.
Karena itu, jangan ragu untuk sering mengonsumsi ikan. Apalagi, sebuah penelitian yang dilakukan University of Iceland menunjukkan bahwa orang-orang overweight yang mengonsumsi ikan tiga hingga lima porsi per minggu dapat kehilangan berat badan lebih banyak dibanding mereka yang tidak mengonsumsi ikan sama sekali.

0 comments:

Post a Comment